Manajemen Produksi Usaha Tenun Tradisional

Apakah Anda tahu bagaimana manajemen produksi usaha tenun tradisional? Simak artikel ini hingga selesai bila Anda mau tahu selengkapnya manajemen produksi dari usaha tenun tradisional. Usahakan baca sampai selesai.

Produksi Usaha Tenun

Manajemen Produksi Usaha Tenun Tradisional

Berikut ini manajemen produksi usaha tenun tradisional yang perlu Anda ketahui :

a. Peralatan Tenun

Dalam manajemen produksi usaha tenun tradisional yang harus diketahui adalah peralatannya. Berikut peralatan utama untuk menenun beserta kegunaan dari masing-masing alat tersebut :

1. Palet / erek / kincir

Untuk menggulung benang pakan pada bobin palet yang akan dipersiapkan sebagai benang pakan pada proses pertenunan ATBM.

2. Kelos / erek

Untuk menggulung benang lusi pada kelos yang akan dipersiapkan sebagai benang lusi pada proses penyekiran / penggulungan benang di boom ATBM.

3. Hani / sekir

Untuk menggulung benang pada boom tenun. Di mana boom tenun ini akan disiapkan sebagai benang lusi pada proses penenunan ATBM.

4. Boom tenun

Gulungan benang lusi yang dihasilkan oleh alat hani / sekir.

5. Cucuk

Alat untuk memasukan benang lusi pada mata alat gun dan sisir dari alat tenun ATBM.

6. Cucuk sisir

Alat untuk merapatkan benang pakan dan mengatur lebar kain.

7. Gun

Alat tenun yang bergerak ke atas ke bawah yang berguna untuk membentuk anyaman kain tenun.

8. Palet

Hasil gulungan benang pakan yang dimasukkan ke dalam teropong.

9. Teropong

Alat untuk meluncurkan benang pakan ke kiri dan ke kanan dan membentuk anyaman.

10. Alat Tenun

Alat ini dalam produksi usaha tenun tradisional terdiri atas :

Tenun Gendong

Alat tenun gendong / cagcag / gedog / walidah adalah alat tenun yang mengatur tegangan benang lusi memakai tenaga punggung dan kaki. Sedangkan peluncuran benang pakan, penggulungan dan penguluran memakai tenaga tangan.

Tenun Tinjak

Alat tenun yang mengatur anyaman dengan membuka benang lusi memakai tenaga injak kaki. Sedangkan peluncuran benang pakan, penggulungan dan penguluran memakai tenaga tangan.

Tenun ATBM

Alat tenun yang mengatur pembukaan seluruh fitur memakai tenaga kaki dan tangan. Mulai dari :

  • mulut lusi,
  • peluncuran,
  • perapat pakan,
  • penguluran lusi, dan
  • penggulungan kain.

Tenun Kartu

Alat tenun ATBM – kartu / jarkar merupakan alat tenun yang mengatur pembukaan mulut lusi memakai gun yang diatur oleh kartu.

b. Bahan Baku Tenun

Bahan baku untuk produksi usaha tenun adalah benang dan zat pewarna.

Benang

Benang terdiri atas :

  • benang sintetis (poliester), dan
  • benang alam (katun, sutera, serat).

Benang tenun bisa didapat di :

  • Surabaya,
  • Solo,
  • Jepara,
  • Pekalongan, dan
  • Makassar.

Jenis benang bisa dibedakan jadi :

  1. Benang sintetis (Poliester), ukuran benangnya :
  • Ne1 12s,
  • Ne1 20s,
  • Ne1 40s.
  1. Benang alam (katun, sutra, serat), ukuran benangnya :
  • Ne1 42/2,
  • Ne1 52/2,
  • Ne1 62/2.

Zat Pewarna

Zat pewarna benang tenun dalam produksi usaha tenun tradisional terdiri atas :

1) Zat pewarna alam

Zat pewarna ini berfungsi untuk pencelupan dan pentirisan benang yang dilakukan berulang-ulang. Kemudian diakhiri dengan fiksasi (tunjung, kapur, tawas).

Zat pewarna alam terdiri dari :

  • Indigo fera,
  • Jambal,
  • Tingi,
  • Teger,
  • Mahoni, dan
  • Akar pace.

2) Zat pewarna sintesis

Zat warna sintetis meliputi (beserta fungsi dan cara penggunaannya) :

  1. indantren, untuk :
  • pembejanakan,
  • pewarnaan,
  • oksidasi, dan
  • pencucian.
  1. sulfur / belerang, untuk :
  • pelarutan zat warna,
  • pewarnaan / pencelupan,
  • oksidasi,
  • fiksasi, dan
  • pencucian.
  1. indigosol, untuk :
  • pelarutan zat warna,
  • pembangkitan warna,
  • oksidasi, dan
  • pencucian.
  1. prosion, untuk :
  • pewarnaan,
  • fiksasi, dan
  • pencucian.
  1. kaporit, untuk :
  • pemutihan dengan kaporit,
  • pengasaman,
  • antiklor, dan
  • pemutih optik.
  1. napthol, untuk :
  • pelarutan zat warna,
  • pembangkitan warna dengan garam, dan
  • pencucian.

Zat pewarna tenun bisa didapat di :

  • Solo,
  • Pekalongan,
  • Yogyakarta, dan
  • Cirebon.

c. Perencanaan Desain Motif

Berbagai langkah perencanaan desain motif tenun dipakai bagi :

  • motif polos,
  • motif garis atau kotak,
  • motif geometris dengan teknik ikat, dan
  • motif geometris dengan teknik songket.

Variasi motif dalam produksi usaha tenun tradisional

1. Tenun polos

Kain berwarna polos umumnya berwarna putih atau warna yang lain. Kedua benang (lusi dan pakan) hanya punya 1 warna.

2. Motif garis / lurik

Salah satu benang bermotif garis-garis sejajar. Cara membuat motif garis yakni benang lusi dibuat / didesain / disusun garis-garis memanjang dengan berbagai warna (minimal 2 warna selang seling). Sedangkan benang pakan dibuat 1 warna.

3. Motif kotak-kotak

Motif kotak yang berulang. Cara membuat motif kotak yakni benang lusi dan benang pakan dibuat / didesain garis-garis berjajar minimal 2 warna yang disusun selang seling. Sehingga ketika benang pakan ditenun kedua benang menyilang jadi motif kotak-kotak.

4. Tenun ikat / proses ikat

Benang ditata pada spanram lalu benang didesain sesuai motif yang didinginkan. Benang diikat-ikat memakai tali rafia sesuai motif yang didinginkan, lalu diwarna dengan cara dicelup atau dikuas.

Lalu ikatan tali rafia dibuka. Sehingga benang yang diikat tersebut masih tetap berwarna putih. Setelah itu benang ditenun jadi kain.

5. Songket

Menyungkit-nyungkit benang pada tenunan, biasanya dengan benang emas atau benang perak jadi tenun.

d. Pengelolaan Benang

Dalam proses produksi usaha tenun tradisional atau pembuatan kain tenun (contohnya tenun ikat) perlu dipersiapkan dua kelompok benang, yaitu :

  • kelompok benang lusi, dan
  • kelompok benang pakan.

Tahapan pemprosesan benang lusi :

  1. benang diwarna dengan teknik pencelupan.
  2. proses pengelosan benang dengan cara menggulung benang dalam kelos.
  3. pengebooman / penghanian / penyekiran yakni benang ditata memakai hani lalu digulung pada boom.
  4. penyucukan yaitu memasukkan benang lusi pada mata boom dan cucuk sisir.
  5. penyetelan.

Tahapan pemprosesan benang pakan :

  1. pengelosan yakni benang digulung pada kelos.
  2. pemidangan yakni benang ditata dalam streng atau spanram.
  3. pengikatan yakni benang pada spanram diikat memakai rafia sesuai dengan motif yang dimau.
  4. pencelupan yakni benang dicelupkan ke dalam pewarna.
  5. pencoletan yakni benang diwarna dengan cara dikuas (setelah proses pewarnaan selesai), lalu tali rafia dilepas.
  6. penginciran yakni menggulung benang dari streng ke kincir.
  7. pemaletan yakni menggulung benang dari kincir ke palet.

Lalu benang pakan ditenun menyilang benang lusi.

e. Proses Penenunan dan Penyelesaian

Proses penenunan dan penyelesaian pada produksi usaha tenun tradisional terdiri atas 6 langkah sebagai berikut :

1. Pembukaan mulut lusi

Membuka mulut lusi menjadi dua bagian yang membentuk ruang seperti piramida sebagai celah untuk memasukkan benang pakan.

2. Peluncuran pakan

Menggerakkan teropong yang membawa benang pakan menuncur ke kiri dan ke kanan, masuk ke benang lusi guna membentuk anyaman.

3. Perapatan benang pakan

Merapatkan benang pakan yang telah masuk ke benang lusi.

4. Penguluran benang lusi

Mengulur benang lusi dari boom tenun oleh penenun selama masa penenunan berlangsung.

5. Penggulungan kain

Menggulung kain hasil penenunan setelah mencapai panjang tertentu (tebal gulungan 5 – 8 cm).

6. Pembersihan sisa-sisa benang

Membersihkan sissa-sisa benang dan limbah benang yang masih menempel, sambungan benang dan pelemasan lembaran kain.

f. Keselamatan Kerja

Proses produksi usaha tenun tradisional memakai bahan benang dan zat warna. Sehingga bisa mengganggu pernafasan dan menimbulkan rasa gatal pada pengrajin.

Untuk mencegah hal tersebut, pewarna benang disarankan memakai sarung tangan, masker, dan sepatu bot. Penenun disarankan memakai masker dan penutup rambut / kepala.

g. Pengelolaan Limbah

Jenis limbah yang dihasilkan dari produksi usaha tenun tradisional yaitu limbah cair sisa zat warna, dan limbah benang. Cara mengelola limbah sisa produksi dari zat warna yaitu :

1. Penampungan (bak-1)

Limbah ditampung di dalam bak-1 dari semen.

2. Pencampuran (bak-2)

Kemudian dialirkan ke bak-2 untuk :

  • Pencampuran (Koagulasi),
  • Pengadukan, dan
  • pengendapan.

3. Penyaringan (bak-3)

Lalu limbah dari bak-2 dialirkan ke bak-3 untuk penyaringan. Ukuran bak-bak penyaringan lebih kurang :

  • lebar : 70 cm,
  • panjang : 125 cm, dan
  • tinggi / dalam : 130 cm.

Sebanyak 4 bak harus dibuat di bawah permukaan tanah, dengan perincian :

  • bak-3a diisi dengan potongan bata merah,
  • bak-3b diisi dengan pasir aktif,
  • bak-3c diisi dengan karang jahe atau batu karang, dan
  • bak-3d diisi dengan ijuk atau arang kayu.

Di dalam bak-2, limbah diberi tawas dan kaporit, lalu diaduk dan diendapkan. Setelah mengendap limbah disaring pada bak-3 mulai dari bak-3a, bak-3b, bak-3c, dan bak-3d.

Dari bak-3d, akan ada du jensi limbah yaitu :

  • limbah berupa air yang bening tidak berbahaya dapat dibuang atau dialirkan ke pembuangan umum, dan
  • limbah endapan yang berbentuk padat adalah Bahan yang Berbahaya dan Beracun (B3).

h. Kendala Produksi

Kendala utama yang dihadapi saat produksi usaha tenun tradisional antara lain yaitu sebagai berikut :

  1. Sumber daya manusia yakni susah mendapatkan penenun muda. Karena generasi muda merasa enggan jadi pengrajin tenun.
  2. Kendala lingkungan sosial budaya. Di mana pada waktu-waktu tertentu para pengrajin akan meninggalkan usaha tenun tradisional tersebut. Misalnya pada :
  • musim tanam dan panen umumnya para pengrajin tenun bekerja di sawah;
  • saat upacara adat sedang berlangsung, misalnya di wilayah Bali;
  • dan sebagainya.
  1. Kendala bahan baku yakni ketersediaan bahan benang di pasaran tak terjamin.

Untuk mengatasi kendala produksi di atas, solusi yang dapat tempuh para pengusaha yaitu :

  • menjalin kerjasama dengan para penyedia bahan baku, dan
  • meneliti alur musim paceklik tenaga kerja.

i. Lokasi Usaha

Lokasi yang cocok untuk mendirikan dan/atau produksi usaha tenun tradisional yaitu sebagai berikut :

  1. Lokasi yang sudah tersentral dipakai untuk usaha tenun.
  • Sentra Tenun Troso, Jepara
  • Sentra Tenun Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan
  • dll
  1. Lokasi yang dipilih sebaiknya yang punya persediaan air cukup.
  2. Jika lokasi yang akan didirikan usaha adalah lokasi baru (bukan sentral tenun), maka sebaiknya dipilih lokasi yang agak jauh dari pemukiman penduduk. Minimal 500 m dari pemukiman.

Baca juga : Manajemen SDM Usaha Tenun Tradisional

Demikian info berkaitan dengan Manajemen Produksi Usaha Tenun Tradisional, semoga artikel kali ini bermanfaat buat kalian. Tolong postingan bisnis tenun tradisional ini dibagikan biar semakin banyak yang mendapat manfaat.

Ternyata belajar internet itu mengasyikan, apalagi bisa punya penghasilan 20 jutaan per bulan... rasanya gimana gitu... Tapi gimana cara belajarnya?? Klik gambar di bawah untuk dapat solusinya

Komunitas SB1M
loading...

Check Also

Manajemen Pemasaran Usaha Tenun

Manajemen Pemasaran Usaha Tenun Tradisional

Bagaimana caranya agar produk tenun tradisional bisa sampai ke para konsumen? Caranya adalah dengan melakukan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.