Tiga Kategori Pengusaha Untuk Memahami Kecerdasan Adversity

Topik kita kali ini ialah Tiga kategori pengusaha untuk memahami kecerdasan adversity. Prof. Dr. dr. Hari K. Lasmono, MS seorang Guru Besar Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya pernah mengungkapkan, bahwa untuk Anda bisa sukses dalam bisnis maupun karir, tidak cukup hanya mengandalkan IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Tapi juga AQ (Adversity Quotient).

Tiga Kategori Pengusaha Untuk Memahami Kecerdasan Adversity

Tiga Kategori Pengusaha untuk Memahami Kecerdasan Adversity

Mengapa kecerdasan adversity (AQ) penting? Menurut pakar SDM Paul G. Stoltz, Phd, kecerdasan adversity (AQ) merupakan perpaduan antara kecerdasan Intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosi (EQ). Jadi kecerdasan adversity (AQ) bisa saja Anda artikan sebagai kehandalan mental. Sementara, Daniel Goleman pernah mengatakan, banyak pengusaha ber-IQ tinggi, namun usahanya cepat jatuh. Sedang, yang ber-IQ biasa-biasa saja justru berkembang.

Lantas, Goleman mengenalkan kecerdasan Emosi (EQ). Dimana kecerdasan Emosi (EQ) merefleksikan kemampuan Anda berempati pada orang lain, mengontrol kemauan hati, dan kesadaran diri. Sehingga Goleman yakin bahwa kecerdasan Emosi (EQ) lebih penting dari IQ.

Tapi kenyataannya, seperti kecerdasan Intelektual (IQ), tidak semua orang mengambil keuntungan dari kecerdasan Emosi (EQ). Karena, kurangnya ukuran valid dan metode definitif untuk mempelajarinya, membuat kecerdasan Emosi (EQ) sukar dipahami. Bahkan, beberapa orang ber-IQ tinggi dan punya semua aspek kecerdasan Emosi (EQ), ternyata akan jatuh pula.

Itu sebabnya mengapa Stoltz berani mengatakan, bahwa kecerdasan Intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosi (EQ) tidak menentukan kesuksesan seseorang, meskipun keduanya memainkan peranannya. Lalu, mengapa pengusaha bisa bertahan, meski di saat krisis ekonomi sekalipun, sedang pengusaha lain yang rata-rata pintar menyerah akibat badai krisis?

Kategori Pengusaha

Kecerdasan adversity (AQ) itulah kuncinya. Untuk memahami kecerdasan adversity (AQ), Anda digambarkan dengan pendaki gunung. Ada tiga kategori Pengusaha yang didasarkan dengan para pendaki gunung yaitu :

1. Climber

Tipe pertama dari tiga kategori pengusaha yaitu Climber. Tipe orang ini, akan terus mendaki sampai puncak tanpa mempertimbangkan lebih jauh keuntungan atau kerugian, ketidakberuntungan atau keberuntungan. Tipe pengusaha “Climber” ini, juga cenderung tidak pernah mempermasalahkan usia, gender, ras, ketidakmampuan fisik atau mental, atau berbagai rintangan lain untuk mencapai puncak kesuksesannya.

2. Camper

Tipe pengusaha kedua yaitu Camper. Dia mengkompromikan hidupnya. Dia bekerja keras tapi hanya sebatas yang mampu dia lakukan. Sebenarnya kesuksesan bisa diraih lebih baik lagi, tapi dia cenderung untuk tidak mau mencapainya. Dia sudah cukup puas dengan apa yang sudah diraihnya.

3. Quitter

Tipe pengusaha ketiga yaitu Quitter. Dia juga mengkompromikan hidupnya, namun tidak berusaha sekeras “Camper”. Dia lebih memilih bisnis yang mudah, tanpa gejolak. Tapi, jika dalam bisnis menghadapi kesukaran, ia cenderung lebih mudah terkena depresi, atau frustasi. Pendeknya, disadari atau tidak, pengusaha “Quitter” lebih memilih melarikan diri dari pendakiannya. Padahal, sebetulnya dia punya potensi untuk mencapai sukses.

Dengan melihat tiga kategori pengusaha di atas, jika Anda ingin eksis sebagai pengusaha, maka sebaiknya Anda harus berusaha menjadi pengusaha “Climber”, dan bukan “Camper” maupun “Quitter”. Sebab, hanya tipe pengusaha “Climber” yang benar-benar bisa mengisi hidupnya. Sebab, mereka mempunyai perasaan yang kuat mencapai tujuan dan semangat untuk melakukannya. Baginya, tidak ada kata menyerah dalam kamusnya. Dia punya kebijaksanaan dan kedewasaan untuk memahami kapan harus maju dan kapan harus mundur.

Namun demikian, “Climber” itu juga manusia. Kadang mereka punya keraguan, kesepian dan pertanyaan dalam perjuangannya. Karena itu, tidak mengherankan terkadang pengusaha tipe “Climber” bergabung juga dengan “Camper” untuk merenung kembali, mengisi ulang energi untuk berjuang lagi.

Sedangkan pengusaha tipe “Quitter” memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Nah, bagaimana Anda sendiri, mau pilih tipe yang mana? Jika bisnis Anda ingin tetap eksis, maka tak ada salahnya kalau Anda menjadi pengusaha “Climber”.

Sekian info berkaitan dengan tiga kategori pengusaha untuk memahami kecerdasan adversity, semoga post kali ini membantu kalian. Mohon post ini dibagikan supaya semakin banyak yang memperoleh manfaat.

Referensi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *